MAYJEN (Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR (Bung Jhony)
(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)
Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.
Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM
/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.
Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.
Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).
Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.
Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.
Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.
Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.
Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)
(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.
Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.
Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.
Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.
Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.
Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “
si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu den
gan harga mahal,maklum masih pagi.
Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun
,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang di
panas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.
Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.
Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).
Penulis
Max Umbu
Rabu, 13 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar