Kamis, 28 Februari 2008

KABUPATEN SUMBA TIMUR TERANCAM GAGAL PANEN

27 Februari 2008

Sumba Timur terancam gagal panen
Laporan Antara, Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008
KUPANG, SPIRIT--Kabupaten Sumba Timur (Wabup) Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam gagal panen menyusul kerusakan ratusan tanaman jagung dan padi milik warga akibat hujan disertai angin kencang selama dua pekan terakhir."Saya perkirakan tahun ini para petani kami gagal panen, karena ada sejumlah desa yang tanaman pertaniannya rusak total," kata Wakil Bupati (Wabup) Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, Minggu (17/2/2008) melalui telepon, terkait kemungkinan gagal panen akibat hujan disertai angin kencang yang melanda wilayah itu.Dia mengatakan, dari delapan desa yang sudah melaporkan dampak dari hujan disertai angin di wilayah itu, tidak ada tanaman milik warga yang selamat. Artinya, semua tanaman petani baik jagung dan padi rusak total, katanya.Desa-desa yang sudah melaporkan kerusakan akibat hujan disertai angin itu, umumnya berada di wilayah pesisir selatan pulau Sumba yang paling parah kondisinya, katanya.Wilayah lain, kata dia belum memberikan laporan karena cuaca di wilayah itu yang buruk dan tidak memungkinkan warga untuk menjangkau kantor-kantor camat atau kabupaten untuk menyampaikan laporan resmi."Hujan hampir merata diseluruh wilayah pulau Sumba, dan setiap desa pasti ada imbasnya, tetapi kami belum menerima laporan lebih rinci tentang kerusakan akibat hujan deras," katanya.Namun dia, berharap tidak ada kerusakan berarti terutama areal pertanian milik rakyat karena akan berdampak pada masalah ketahanan pangan warga pada musim panen 2008 ini.Dia juga membantah ada perahu motor yang mengalami musibah di selatan Pulau Sumba beberapa hari lalu, karena para petugas telah diterjunkan ke lokasi dan tidak ada seorangpun yang mengakuinya.Menurut dia, semenjak hujan mulai mengguyur wilayah itu, pemerintah telah mengeluarkan larangan kepada semua pelayaran rakyat untuk tidak melakukan perjalanan sampai kondisi di perairan benar-benar pulih.Imbauan itu disampaikan kepada petugas pelabuhan dan para camat karena pengalaman selama ini, setiap tahun selalu ada musibah di perairan karena para pemilik perahu motor lebih mementingkan uang ketimbang nyawa, katanya. *
Diposting dari Spirit NTT di 2/27/2008 11:46:00 PM 0 komentar

Sumba Timur dapat bantuan Rp 730 juta
Laporan Antara, Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008
KUPANG, SPIRIT--Departemen Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2008 ini mengembangkan industri unggulan di daerah di NTT, antara lain di Kabupaten Sumba Timur (Sumtim), Belu dan Timor Tengah Selatan (TTS). Untuk mengembangkan industri unggulan berupa industri kecil pangan, sandang dan meubeler itu, Sumtim mendapat bantuan anggaran/dana Rp 730,62 juta.Selain itu, pemerintah juga terus memperbanyak bangunan pasar tradisional yang representatif di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menunjang perekonomian rakyat."Makin banyak pasar tradisional yang representatif tentu akan menunjang perekonomian masyarakat setempat," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi NTT, Ir. Eddy Ismail, MM, di Kupang, Rabu (20//2/2008).Ia mengatakan, untuk tahun anggaran 2008 Departemen Perdagangan telah mengalokasikan dana tugas pembantuan untuk pembangunan pasar tradisional di empat kabupaten dalam wilayah NTT yakni Kabupaten Flores Timur, Ende, Sikka dan Manggarai Barat.Dana pembangunan pasar tradisional itu masing-masing sebesar satu miliar rupiah yang pengalokasiannya melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2008.Selain itu, tambah Ismail, pemerintah melalui Departemen Perindustrian juga mengalokasikan dana tugas pembantuan guna mendukung pengembangan industri unggulan daerah.Untuk tahun anggaran 2008, proyek pengembangan industri unggulan daerah di NTT berlokasi kepada Kabupaten Sumba Timur, Belu dan Timor Tengah Selatan (TTS).Kabupaten Sumba Timur mendapat anggaran sebesar Rp 730,62 juta lebih untuk bantuan industri kecil pangan, sandang dan meubeler.Kabupaten Belu mendapat anggaran sebesar Rp 716,9 juta lebih untuk pengembangan industri kecil pengolahan minyak nilam untuk dua kelompok.Kabupaten TTS mendapat anggaran sebesar Rp 500 juta untuk pengembangan industri garam yudium."Tentu pemerintah berharap dana tugas pembantuan yang bertujuan mendukung pembangunan sektor industri kecil dan perdagangan di wilayah NTT itu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dan harus dapat menunjukkan capaian target," ujar Ismail. *
Diposting dari Spirit NTT di 2/27/2008 11:45:00 PM 0 komentar

Pesantren kilat pelajar se-Kota Waingapu
Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008
WAINGAPU, SPIRIT--Para pelajar dari berbagai sekolah menengah di Kota Waingapu, khususnya yang beragama Islam, mengikuti pesantren kilat di Aula SMAN I Waingapu, belum lama ini.Kegiatan ini dilaksanakan Departemen Agama Kabupaten Sumba Timur dengan mengusung tema, "Dengan pesantren kilat kita tingkatkan iman dan taqwa Ukhuwah Islamiyah Siswa SMA/K-MA Waingapu."Panitia Pelaksana, Syamsuddin, S.Ag, dalam laporannya menyebut tujuan pesantren kilat tersebut, pertama, meningkatkan pemahaman keagamaan bagi siswa-siswi Islam.Kedua, menjalain persaudaraan di antara siswa-siswi Islam tingkat Sekolah Menengah Atas.Ketiga, memberikan pembekalan pengalaman keagamaan adalah tujuan dari kegiatan pesantren kilat ini.Agenda rutin dari Departemen Agama Kabupaten Sumba Timur ini dilaksanakan oleh sekolah di bawah tanggung jawab kepala sekolah yang ditunjuk, dalam hal ini SMA Negeri 1 Waingapu."Diharapkan setelah mengikuti pesantren kilat, siswa-siswi dapat lebih banyak lagi mengetahui kegiatan-kegiatan ibadah baik teori maupun praktek ibadah yang benar," kata Syamsuddin. (waingapu.com)
Diposting dari Spirit NTT di 2/27/2008 11:44:00 PM 0 komentar

8.468 Pelanggan dapat lampu hemat energi
Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT, 25 Februari - 2 Maret 2008

WAINGAPU, SPIRIT -- PT PLN Cabang Sumba dalam waktu dekat membagi lampu hemat energi secara gratis kepada 8.468 pelanggan dengan tarif R1 daya 450 VA. Masing-masing pelanggan akan mendapat tiga buah lampu.Demikian disampaikan Manager PT PLN Kantor Cabang Sumba, Sarbani Sofyan, ketika ditemui SPIRIT NTT di ruang kerjanya, Kamis (21/2/2008). Sarbani mengatakan, sebanyak 8.468 pelanggan yang akan menjadi sasaran pembagian lampu hemat energi dari PLN Cabang Sumba pada tahun 2008 dengan total 25.404 buah lampu. Dengan lampu hemat energi ini, jelas Sarbani, mampu menghemat daya 431 KW dan mampu mengurangi produksi listrik sebesar 20.730 watt, serta mengurangi konsumsi BBM 6.219 liter/tahun setara Rp 47.000.000,00. Dengan perbandingan satu lampu hemat energidelapan watt sama dengan 60 watt lampu pijar atau lampu biasa.Dengan penghematan ini, kata Sarbani, mampu menekan beban pembangkit yang ada dan mampu menambah 300 pelanggan baru dengan daya rata-rata 1.300 VA. Dengan lampu energi PLN ingin membantu pelanggan menekan pengeluaran keluarga."Target kita pelanggan R1 daya 450 watt karena kemampuan pelanggan kelompok ini untuk membeli lampu hemat energi terbatas kalau dilihat dengan perkembangan harga lampu hemat energi yang dijual di pasaran," kata Sarbani.Pembagian lampu hemat energi kepada pelanggan, kata Sarbani, akan menggunakan dua cara yakni kerja sama dengan kantor Pos dan Giro Cabang Waingapu serta melalui petugas pencatat meter. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, Sarbani meminta masyarakat untuk ikut mengontrol."Khusus pembagian melalui pencatat meter, ada berita acaranya. Jadi setiap rumah tangga yang mendapat lampu akan dibuat berita acara penyerahan yang ditandatangani pelanggan tersebut. Tidak hanya itu, petugas kita dari PLN akan melakukan monitor," katanya.Pembagian lampu hemat energi, jelas Sarbani, akan diikutidengan penggantian lampu di rumah-rumah pelanggan. Setiap lampu yang diganti langsung dimusnahkan di depan pelanggan bersangkutan untuk menghilangkan kecurigaan kalau lampu yang diganti itu akan dijual kembali oleh petugas PLN. *
Diposting oleh Spirit NTT di 2/27/2008 11:43:00 PM 0 komentar
22 Februari 2008

Jalur selatan Sumba putus
Spirit NTT 18-24 Februari 2008
WAINGAPU, SPIRIT--Jalur jalan di selatan Kabupaten Sumba Timur, yang menghubungkan Kecamatan Karera dan Pinupahar terputus sepanjang sekitar 100 meter akibat abrasi."Kerusakan jalan juga terjadi di ruas jalan yang menghubungkan Nggogi-Malahar di Kecamatan Tabundung sepanjang lebih dari 70 meter, sehingga hubungan ke wilayah-wilayah ini putus total karena tidak ada jalur alternatif," kata Wakil Bupati Sumba Timur, Gidion Mbiliyora, Selasa (12/2/2008).Dia mengemukakan hal itu, dalam percakapan dengan Antara terkait laporan yang menyebutkan bahwa, masyarakat dari tiga kecamatan di Sumba Timur yakni Kecamatan Karera, Pinupahar dan Tabundung tidak bisa melakukan perjalanan ke kota kabupaten maupun sebaliknya karena jalur jalan terputus.Laporan warga itu disampaikan anggota DPRD NTT, Pdt. Habel Peka Ata yang baru saja kembali dari pulau Sumba untuk melakukan kunjungan kerja ke sejumlah desa di Sumba Timur dan Sumba Barat.Pdt. Habel mengatakan, jalur jalan yang menghubungkan desa-desa di tiga kecamatan itu terputus sejak pekan lalu tetapi sejauh ini tidak ada penanganan di lapangan. "Saya sudah kembali dari lokasi dan untuk sementara ini hubungan ke desa-desa di tiga kecamatan itu lumpuh, karena tidak ada jalur jalan alternatif yang bisa dilalui," kata Wabup Mbiliyora.Dia mengatakan, pemerintah tidak bisa membuka jalur jalan alternatif karena jalur jalan yang menghubungkan wilayah-wilayah di selatan Sumba Timur itu diapit gunung dan laut.Satu-satunya jalan keluar untuk mengatasi jalur jalan itu adalah membangun tanggul penahan gelombang sepanjang pesisir pantai, sehingga selain berfungsi sebagai penahan gelombang juga untuk memperluas badan jalan.Ini membutuhkan dana yang cukup besar karena jalur jalan yang berada di sepanjang garis pantai cukup jauh, yang mudah terkena abrasi maupun erosi pantai pada saat air laut naik, katanya.Wabup menambahkan, sedang melakukan koordinasi dengan pemerintah Propinsi NTT untuk bersama-sama mengatasi masalah ini, agar arus transportasi dari dan ke wilayah-wilayah itu tidak terganggu."Ini jalur jalan propinsi, tetapi kami tidak menyerahkan saja masalah ini kepada propinsi. Kami melakukan koordinasi untuk bagaimana bersama-sama menangani masalah ini," katanya. (*)
Diposting dari Spirit NTT di 2/22/2008 07:23:00 AM 0 komentar

Mehang ingatkan Kades jangan buat kebijakan
Laporan Adiana Ahmad, Spirit NTT 18-24 Februari 2008
WAINGAPU, SPIRIT --Bupati Sumba Timur, Ir. Umbu Mehang Kunda, mengingatkan para kepala desa (kades) dan lurah di kabupaten itu tidak membuat kebijakan untuk menyamaratakan pembagian bantuan untuk orang miskin. Bantuan untuk orang miskin harus diterima oleh orang yang sesuai kriteria benar-benar miskin.Peringatan Bupati Mehang ini disampaikan ketika memberi arahan pada Rapat Koordinasi (Rakor) Pamong Praja di Gedung Nasional Umbu Tipuk Marisi, Senin (11/2/2008).Pada arahannya, Bupati Mehang juga meminta Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) mengevaluasi pelaksanaan proyek pemberdayaan masyarakat, apakah mampu mengubah hidup orang miskin menjadi tidak miskin. Evaluasi ini perlu untuk mengetahui efektivitas dari proyek-proyek tersebut.Menurut Mehang, program pemberdayaan masyarakat begitu banyak mengalir kepada masyarakat, namun belum diketahui sejauh mana program-program itu mengurangi angka kemiskinan di Sumba Timur. Sebab, sampai tahun 2006 jumlah rumah tangga miskin di masih tinggi yakni 58 persen.Mehang menegaskan, para kepala desa atau lurah mulai tahun 2008 ini tidak boleh mengeluarkan kebijakan di tingkat desa untuk membagi sama rata setiap bantuan untuk orang miskin. "Berhenti buat kebijakan sama rata di tingkat desa. Bantuan untuk orang miskin harus orang yang benar-benar memenuhi kriteria miskin yang terima. Kepala desa juga berhenti mengambil jatah beras orang miskin," tegas Mehang.Ia mengingatkan para kepala desa agar tidak melakukan penyimpangan dalam pendistribusian bantuan yang mengutamakan keluarga/ kelompok atau kerabat. Menurutnya, tahun 2008 pemerintah hanya mengalokasikan dana untuk program pemberdayaan dan pengembangan desa miskin (P3DM) ke 52 desa yang selama ini belum mendapat bagian dari program ini.Sedangkan desa yang sudah pernah mendapat program ini tidak lagi menerimanya. Dengan tambahan 52 desa itu, kata Mehang, maka target pemerintah daerah agar tahun 2008 semua desa di Sumba Timur terjangkau program P3DM sudah tercapai. "Tahun ini merupakan tahun terakhir Program P3DM dan penutupan aliran dana untuk program P3DM. Meski demikian program pendampingan tetap ada," jelas Mehang. *

Senin, 18 Februari 2008

http://www.indomedia.com/poskup/

Kunjungi juga :http://www.indomedia.com/poskup/
http://wwwtepatguna.blogspot.com
http://wwwkemiskinan.blogspot.com
http://www.indomedia.com

KEMISKINAN-NTT: KEMISKINAN Versus NADA,DANA DAN ANDA

http://www.indomedia.com/poskup/

KEMISKINAN Versus NADA,DANA DAN ANDA



KEMISKIN Versus NADA, DANA DAN ANDA
KEMISKIN Versus NADA, DANA DAN ANDA MISKIN TERPENJARA BINGKAI PERSEPSI ......hampir siang,beta bangun sambil manyanyi,mengenangkan mama janji pulange,biarpun tanjung teluknya,jauh terpele nusaku,tapi slalu ,terkenang di kalbuku........ Untaian kalimat dari syair lagu Flobamora (lagu daerah NTT) tersebut sungguh memiliki daya magis tersendiri utamanya bagi warga NTT yang berada nun jauh di seberang (perantauan),yang entah karena satu dan lain hal "tak mau" ataupun "mau tapi tak bisa kembali". Dan bila kita sandingkan untaian bait lagu Flobamora ini dengan salah satu syair lagu Pop Terkenal "PERGI UNTUK KEMBALI" (Walaupun ,terlalu indah bila di lukiskan,dengan kata,untuk ku jadikan sebuah syair.....).Ada rasa rindu itu berbisik disetiap sanubari kita.Bisikan untuk berbakti bagi "tanah kelahiran" atau kampung halaman yang tentunya berbekalkan ilmu,pengatahuan dan pengalaman dari tanah rantau. Namun akan menjadi lain bila untaian syair lagu-lagu tersebut di atas dinyanyikan oleh saudara-saudari kita yang sedang bergulat dengan kemiskinan di NTT. Maka dapat dipastikan nada sendu "untuk apa kau kembali kalau hanya untuk menambah beban kami???". Miskin dana tak harus miskin nada (tersisa dari yang tersiksa dan tersisih),yah.... nada dengan "GEN" (pembawa sifat) "pantang menyerah untuk selalu berharap adanya perubahan nasib kearah yang lebih menjanjikan". Nada-nada penyesalan terhadap kondisi yang mendera nasib,juga dapat kita kutib dari salah satu bait lagu dari Sumba "eri rambu balu,tundu nai pa wukku ,hi luppa tunda jia ,ai ha rui beandanya..." (saudara ku,karena kita terlalu mengikuti/terpaku pada keinginan sendirilah,sehingga kita jadi begini/susah).Karakter ternyata cukup berperan pada "nasib" dan tinggallah meratapi nasib. Bila kita menyendengkan telinga juga akan terdengar nada dari pulau kecil "P.Sabu) dengan seuntai syair "Bole ballo rai di rai hawu,rai duwe do nahu" (jangan lupa tanah Sabu,tanahnya dimana tetesan dan limpahan air nira lontar dan gula merahnya").Syair dari P Sabu ini memang mengisahkan kerinduan akan potensi alam yang terkandung dalam P Sabu perut bumi yang di dominasi karang itu.Kisah ini menggambarkan bahwa NTT boleh saja miskin DANA namun masalah NADA dan ANDA selalu siap siaga membangun NTT kedepannya. Dimana dan kapan kita menempatkan DANA,NADA dan bagai mana ANDA (KITA) bisa memberikan peranan dalam membangun NTT terpulang pada kita sendiri.Yang jelas kerinduan akan tanah leluhur dan paggilan tanah leluhur untuk berbakti (seperti syair lagu-lagu tsb di atas),menjadi alasan rasional dan sekaligus sentimentil untuk kita-kita harus berperan serta dalam usaha-usaha membasmi "kemiskinan laten" di NTT.Menjadi penting kita menyelami makna pantun di bawah ini bila kita mau dan sadar atas dasar yang rasional untuk berperan serta dalam pembangunan bagi NTT.
PAGAR HIDUP PAGER AYU,NEGERINYA BORO-BORO
FLOBAMORA BUKAN NEGERINYA SI BIRI-BIRI
BERANTAS KEMISKINAN MARI BURU-BURU
Kemiskinan Rill merupakan jenis spesies kemiskinan yang memiliki Genus,famili,ordo,klas,devisio dan kingdom tersendiri. Artinya; solusi kemiskinan harus memahami "NOMENCLATUR KEMISKINAN "yang saya paparkan ini. Inilah yang dinamakan penyelesaian dengan POLA URUT KE ATAS (BOTOM UP SOLUTION).Jenis kemiskinan lainnya ;kemiskinan Spirituil merupakan jenis kemiskinan tersendiri yang juga berkait dan mengait serta bersinergi dengan jenis kemiskinan tersebut di atas.Khususnya di NTT dengan penduduk mayoritas Kristen maka patutlah kiranya kita melakukan pembedahan kemiskinan dari sudut agama,seperti ada tertulis dalam ayat Alkitab :BERBAHAGIALAH ORANG YANG MISKIN, KARENA ORANGLAH YANG EMPUNYA KERAJAAN SORGA. Ayat ini tidak berdiri sendiri,namun dapat menjadi modal dalam membasmi kemiskinan rill (materil /duniawi).Kemiskinan riil ini tidak boleh dijadikan alasan "PEMBELAAN/AYAT PEMBELAAN" karena ketidak mauan dan kemampuan kita untuk keluar dari kemiskinan.Miskin ditinjau dari berbagai sudut pandang.
OLEH :Ir.Max Umbu
B E R S A M B U N GGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGGG...........

Kamis, 14 Februari 2008

Rabu, 13 Februari 2008

Mayjen Purn (marinir) Beny Balukh (cagub ntt-2008-2013)

MAYJEN (Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR (Bung Jhony)
(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)


Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.
Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM
/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.

Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.

Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).

Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.
Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.

Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.
Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.

Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)
(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.
Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.
Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.
Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.
Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.
Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “
si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu den
gan harga mahal,maklum masih pagi.
Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun
,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang di
panas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.

Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.

Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).

Penulis
Max Umbu

Mayjen Purn (marinir) Beny Balukh (cagub ntt-2008-2013)

®(MERUBAH NTT)KETIKA DEMOKRASI MENJADI DE MARKASI antara DERMA KASI - DERMA KISAH NTT HARUS BERUBAH PERUBAHAN BUTUH:MODAL-MODEL-MODUL dan MODUS dan MUARANYA


MAYJEND(Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR (Bung Jhony)
(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)


Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.
Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM
/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.

Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.

Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).

Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.
Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.

Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.
Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.

Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)
(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.
Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.
Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.
Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.
Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.
Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “
si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu den
gan harga mahal,maklum masih pagi.
Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun
,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang di
panas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.

Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.

Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).

Penulis
Max Umbu










,
TANGGUNG JAWAB PARPOL (Legislatif),TOKOH ADAT/MASYARAKAT,ORMAS,PEMUKA AGAMA TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RANGKA PILKADA NTT(2008-2013)

Judul di atas mengundang kita untuk turut serta memberikan peran aktif dalam rangkan pembangunan daerah(NTT).PILKADA,sebagai salah satu mekanisme demokrasi bukan sekedar proses dan kebiasaan/pesta demokrasi basa-basi,tapi lebih jauh adalah suatu tujuan luhur dari kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih di era-globalisasi yang menuntut dan menuntun kita untuk berinteraksi secara positif dengan semua sektor dan komponen penentu pembangunan demokrasi/pembangunan itu nsendiri.
Sebentar lagi NTT sebagai salah satu daerah/Propensi yang selama ini kental dengan julukan daerah/propinsi miskin,tidak luput pula mau-tidak mau,suka-tidak suka,akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang konon akan menyerap biaya/cost sebesar 102 Milliar Rupiah. Ini angka yang tidak kecil ter;lebih bila kita kaitkan dengan situasi dan kondisi NTT saat ini.Sukses tidaknya pesta demokrasi ini,tidak akan lepas dari peran serta semua komponen daerah (para wakil rakyat di DPRD1 dan 2,DPD,Birokrat,Masyarakat dan para pemukanya dan juga takluput ormas dan pemuka agama).
Semua komponen tadi harus punya rasa tanggung jawab terhadap kondisi riil di NTT yang kita tahu bersama mel;ekat dengan tradisi "kemiskinan".Lilitan kemiskinan ini memberi dampak pada segala sektor kehidupan masyarakatnya.
Sukses tidaknya pembangunan daerah di NTT tergantung pada: Bagamana rakyatnya,bagaimana calon pemimpinnya,bagaimana interaksi positif (AKUR) antara kedua komponen tersebut.Artinya pemimpin harus benar-benar mencerminkan pilihan dan keinginan nurani rakyat itu sendiri,dan sebaliknya pembanghunan itu sendiri bergantung pula pada bagaimana rakyat mengenal,memahami dan menyelami hati,pikiran dan pola tindak laku sang pemimpin.
Peranan Parpol,tidak dapat di kesampingkan,walaupun akhir-akhir ini mendapat kecaman pedas masyarakat.Kinerja dan unjuk kerja Parpol kedepan masih akan mendapatkan ujian untuk mengapai pujian.Kajian visi dan misi partai partai memang harus terus dilakukan agar dapat menjadi instrument terpenting dalam menjaring calon pemimpin.Karena saat ini fungsi penjaringan ini telah nyata dan akan semakin nyata mulai bergeser pada lembaga-lembaga tertentu (lembaga POOLING).Partai besar sekalipun seakan dan memang telah kehilangan tajinya dalam urusan ini.
Hal lain "jebakan-jebakan" prosedural internal partai berpotensi besar mengkandaskan calon potensial. Polotik gizi,cost politik,pintu masuk (tanpa pintu keluar), tabur/ tebar pesona, dan masih banyak instilah lainnya yg digunakan dalam pesta demoktrasi.Sesungguhnya yang dicari untuk perbaikan NTT, adalah sosok atau figur yang potensial yg secara real harus atau belum masuk dalam dalam virus2 tsb di atas. Kata pendek, FIGUR BERSIH harus di cari/diburu , bukan figur yg mencari Parpol, Tanggung jawab tsb semua element tersebut dipertaruhkan ke publik NTT.Lihat hasil real di NTT, ada busung lapar, masuk dalam salah satu propinsi termiskin (pemimpin NTT selama ini cendrung menghindar kenyataan ini dan sekalu belokan hal ini seolah tidak terjadi apa2).Inilah kenyataan yg dihadapi rakyat NTT. Historical telah membuktikan apa yg di hasilkan pemimpin NTT selama ini? Tapi rasa malu, pembohongan publik terus diplokmairkan dengan serentetan statement di media maupun dalam tatap muka.Rasa tanggungjawab, seolah tidak mau tau apa yg terjadi sesungguhnya.Lihat PAD, dana-dana yg "tertidur" disejumlah bank plat merah, yg tidak digunakan. Padahal dana yg harus dimplemnetasikan untuk kepentingan publik (miskin). Lalu pertanyaannya uang itu kenapa tidak digunakan? sungguh menyedihkan, pemimpin melakukan pameran pembohongan terhadap rakyatnya sendiri.
Berhenntilah dengan pola2 lama, siapa yg terkenal,punya uang banyak, kepentingan2 tertentu, dialah yg dicari untuk menjadi pemimpin, tanpa melihat latar belakangan, kemampuan indididu, status hukum, kebrhasilan selama memimpin. Anehnya lagi yg sudah gagal, masih mau mejadi pemimpin di NTT. Apakah yg dicari adalah kekuasaan, materi, prestise atau kepentingan pribadi dan negatif lainnya??
Pemimpin harus kedepankan pengabdian, bersih hati,bersih diri, bersih lingkungan, tanpa harus membodohi rakyat NTT yang sudah sengsara.
KAMUS JOKE POLITIK :
OLEH: MAX UMBU
1. Tiada lagi BIBIT,BOBOT,BEBET yang ada hanya BABAT Mannnnnnn.......!!!!!!!
2.Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung sudah " menjadi" dimana bumi di pijak disini langit di JINJING (berat lhooooooo.....????!!)
3Politikus belajar KUR,pemimpin belajar AKUR,rakyat pun CARE (KERE?????)
4.bersambung.......

Mayjen Purn (marinir) Beny Balukh (cagub ntt-2008-2013)

®(MERUBAH NTT)KETIKA DEMOKRASI MENJADI DE MARKASI antara DERMA KASI - DERMA KISAH NTT HARUS BERUBAH PERUBAHAN BUTUH:MODAL-MODEL-MODUL dan MODUS dan MUARANYA


MAYJEND(Purn) Marinir BENY BALUKH (Om BB) dan USMAN ABUBAKAR (Bung Jhony)
(SOLUSI NTT MEMBANGUN MASA DEPAN)


Segala aspek pembangunan baik itu dari pusat sampai ke daerah tetap dilandasi pada UUD45 dan Pancasila yang terdivergensi pada beberapa aspek dan tonggak pokok Ideologi,sosial,ekonomi,politik,budaya,hokum dan HAM.Bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai gotong royong sebagai sari dari kehidupan sosial,sikap politik yang bebas aktif serta ekonomi yang pro-rakyat/ekonomi kerakyatan,budaya yang berbasis kearifan local,penerapan hokum yang bersih dan berwibawa,pertahanan keamanan yang mampu melindungi segenap tumpah darah Indonesia serta penerapan HAM secara baik dan benar.
Dalam implementasinya di lapangan (di NTT) sampai dengan saat ini tampak terkendala akibat berbagai factor termasuk akibat lemahnya program dan implementasi riil karena serta lemahnya figure kepemimpinan yang cenderung defensive(bertahan).Bersikap “DIAM
/NO COMMENT”(atau tidak paham apa yag harus dilakukan) sebagai salah satu bentuk pernyataan sikap/respons terhadap public/rakyat nyata sekali telah menjadi opsi aman tanpa resiko.Mengambil/menempatkan diri pada “ZONA NYAMAN” dalam berinteraksi dengan rakyat telah menjadi inhibitor/penghambat arus informasi dan faliditas pelaksanaan kebijakan di daerah ini sehingga kedepannya dari-hari kehari permasyalahan pembangunan akan menumpuk dan membebani aparat pelaksana birokrasi/birokrat,pada fase inilah akan terjadi bargaining power/position /jalan pintas yang dianggap pantas melabur tembok birokrasi dengan kecerdikan menyusun pertanggung jawaban pada public yang nota bene sedang sekarat (kelaparan) dan hidup terjebak menunggu kemurahan “derma”.

Pemimpin NTT ke depan harus sudah dapat melepaskan rakyatnya dari jeratan “derma”tentu dengan program yang membumi.Semua proyek yang akan dilaksanakan harus memenuhi syarat : sederhana,,ekonomis,praktis dan harus dapat ditiru.Cita-cita membentuk masyarakat NTT yang baru akan dilakukan dengan masyarakat yang lama dan “FIGUR”pemimpin sebagai kondutor merupakan “key factor” bagi sukses/tidaknya program itu. Kata-kata /kalimat sloganistik yang berbau “janji” yang membius, secara serampangan telah digunakan oleh para pemburu kekuasaan.Membius rakyat dengan cara buas demi kepentingan sesaat, sering digunakan sebagai modus operandi para pemburu kekuasaan guna menjinakkan hati rakyat yang terlanjur “sakit hati”. Pembiaran /membiarkan rakyat berkelahi dengan nasib tanpa ada wasit yang mencoba melerai dan mencoba memberikan solusi,sungguh ini hanya akan membawa citra buruk pada birokrat/pemimpin yang cenderung menempatkan posisi/memposisikan diri sebagai “penguasa/priyayi”dan bukan pelayan dan melayani rakyat.

Menurut data BPS Prov NTT 2005,jumlah keluarga/RT di NTT yang meliputi 15 kabupaten dan 1 kota sebanyak 952.104 rumahtangga .Sedangkan total jumlah rumahtangga miskin sebanyak 554.015 dengan persentase rata-rata angka kemiskinan mencapai 58,19 persen (%).Tiga kabupaten dengan angka persentase rumahtangga termiskin berturut-turut sbb: Kabupaten Sumba Barat (80,61%),urutan kedua Kabupaten Kupang (79,66%),diikuti Kabupaten Rote Ndao (77,76%).

Bila ditinjau angka kemiskinan per kawasan/per pulau (Flobamora) maka tampak kontradiksi sbb:Pulau Sumba tercatat sebagai Pulau dengan angkadengan persentase rumah tangga termiskin di NTT (76,13%),urutan ke dua Pulau/kepulauan Alor (62,18%),urutan ketiga Pulau Timor (60,42%) dan pulau Flores tercatat sebagai pulau yang terbebas dari stigma “miskin”(melampaui persentase target pemberantasan kemiskinan tahun 2010 yakini minimal 50 %).Strategi pemberantasan pemberantasan kemiskinan tampak mengalami kepincangan.Ini harus menjadi perhatian utama gubernur terpilih periode 2008-2013,untuk sesegera mungkin memangkas kemiskinan yang mendera rumahtangga di 3 pulau besar lainnya.
Secara keseluruhan , rata-rata persentase angka kemiskinan rumah tangga di NTT masih sangat besar (58,19%). Sumbangan prosentase rumahtangga miskin terhadap total jumlah keluarga/RT di NTT tertinggi adalah kabupaten manggarai(7,31%) dan urutan kedua kabupaten Sumba Barat (6,99%). Kota Kupang menempati urutan ke -7,sedangkan kabupaten terendah,kabupaten Lembata(1,38%). Faktor jarak/jauhnya dari sumber kekuasaan/pemerintahan tampak tidak terbukti memberi pengaruh pada angka kemiskinan. Sehingga factor penyebab kemiskinan yang telah coba diidentifikasi pemda,nyata tidak terbukti. ………Rumah tangga sebagai organisasi terkecil dan modal dasar dalam pemberantasan kemiskinan harusnya dapat dijadikan instrument dasar dalam pemberantasan kemiskinan dalam arti dan maksud yang lebih luas.Kita membutuhkan pahlawan-pahlawan rumah tangga yang beban utamanya tertanggung pada kepala keluarga.Terobosan dan pemberdayaan lembaga perkawinan/institusi lainnya yang mendukung berdiri tegaknnya suatu keluarga akan diberikan solusi yang bertanggung jawab dengan cara meningkatkan peran dan akses yang lebih nyata.Sehingga pada tahab dua akan melahirkan pahlawan kemiskinan di tingkat RT/RW,desa,kecamatan,kabupaten,propinsi dan syukur-syukur akan dapat melahirkan pahlawan pemberantas kemiskinan di tingkat nasional.Kuncinya,melahirkan “PROTOTIPE/MODEL” pahlawan pemberantas kemiskinan disetiap level.Renumerasi sebagai stimulan atas usaha tersebut akan di berikan dengan prosedur yang masuk akal.

Angka persentase rumah tangga kemiskinan yang bombastis tersebut sampai dengan saat ini masih mengandung kontroversi (hanya ditingkat BIROKRASI),sedangkan ditingkat masyarakat luas ini dianggap sebagai fakta.Statement birokrat/penyelenggara birokrasi di tingkat elit tampak kebakaran jenggot karena birokrat merasa selalu dipojokkan/salahkan/dipersalahkan.Perang opini antara “peme rintah” dengan “yang diperintah” (rakyat) sampai dengan saat ini tak kunjung selesai,sementara usaha pemberantasan kemiskinan berjalan ditempat,karena pemda terpancing untuk lebih getol memadamkan opini miring dari pada kerja nyata. Publik tidak di bisa dikerjain lagi dengan pola pemimpin yang hanya ungkapan wacana belaka,tanpa menyentuh kebutuhan public (kemiskinan),apa yang rakyat mau/butuh. Figur cagub (NTT) :“ apakah hanya mencari kekuasaan,presetise,kedudukan,kekayaan atau perlindungan?”Publik sudah dapat melihat sendiri hasilnya.Anehnya telah merasa gagal (tanpa hasil),tapi masih mau menjadi pemimpin.Menggunakan pola2 lama,bagaimana mempengaruhi (uang)untuk butuh dukungan,hambur2 uang rakyat demi kekuasaan, tabrak sana sini cari dukungan, gerakan bawah tanah ke parpol,membuat yayasan2 untuk kepentingan sesaat, demonstrative kekayaan depan public,semuanya hanya demi kekuasaan semata. Yang rakyat rasa dan lihat adalah hasilnya, bukan wacana yg tanpa kejujuran. Sudah saatnya NTT dipimpin oleh figure yg bersih,tidak/belum terkontiminasi dengan kepentingan2 sesaat yang secara nyata telah terlihat sangat2 jelas di bumi NTT.
Semua ini menjadi tanggung jawab semua strata di NTT,ya Parpol,tokoh2 budaya/Agama,unsur pemuda, Akademisi,dll. Parpol jangan hanya melirik siapa yang punya uang dan siapa yang tidak memberikan uang untuk calon Gubernur (termasuk bupati), tapi melihat mempelajari secara mendalam dengan hati yang bersih siapa calon yang benar,sehingga tanggung jawab ke public menjadi jelas. Yang pasti NTT harus berubah,tapi factor utama adalah pemimpin yang berani dan secara real punya nilai2 terobosan. Pandangan penulis,rakyat (yg dipimpin) tidak salah (tidak mau dikerjain lagi),tapi kalau gagal pasti pemimpin yang salah.

Terdapat beberapa factor penyebab kemiskinan di NTT.Masalah ekonomi,structural,situasional,politik dan sosial. Faktor ekonomi meliputi (1) Pendapatan perkapita masih rendah;ini tidak dapat dijadikan alasan ”mengapa?”, ini hanya akan memberi kesan bahwa gubernur terdahulu/pendahulu hanya mewariskan kemiskinan (dosa warisan) dan ketidak sukses.Hal ini kontradiktif dengan tekad pembangunan yang telah dan berkesinambungan selama ini. Pembelaan diri oleh para “juaragan birokrat” ini sepantasnya harus segera di akhiri.Pertanyaan yang lebih pantas untuk dapat direnungkan adalah “MISKIN KARENA PERKAPITA RENDAH atau PERKAPITA RENDAH KARENA KEMISKINAN”.(2)
(2) Tingkat Pengangguran yang tinggi :Untuk hal ini berlaku alasan yang sama dengan poit satu di atas. (3).Ketergantungan pada sector pertanian: Ketergantungan ini telah berlangsung begitu lama (ratusan tahun) namun ketergantungan pada sector ini tidak pernah memberikan solusi pada penurunan angka kemiskinan.Propinsi NTT telah ratusan tahun “menitipkan nasibnya”pada kedigdayaan sektor pertanian, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Memang NTT tercatat pernah mengalami masa ke-emasan dari hasil kehutanan dan peternakan yang membawa harum nama daerah ini diseantero dunia,namun seiring dengan semakin tergerusnya potensi dan lemahnya kemampuan manajemen pengelolaan potensi pertanian yang di perparah lemahnya Sumber Daya Manusia pengelola maka harapan untuk segera keluar dari barikade dan jebakan kemiskinan menjadi tinggal “mimpi”.Komoditi kemiri, kenari, kuda, sapi, kerbau, kayu cendana pernah mengharumkan nama bangsa dan Negara. Saat ini secara perlahan tapi pasti kedigdayaan ini siambil alih oleh daerah lain (Propinsi Gorontalo yang getol mengembangkan potensi ternak dengan melakukan kerja sama dengan Malaysia dengan “Bhadawi Farmnya”). Bagaimana propinsi muda ini dalam waktu relatif singkat memacu pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari sang Figur Pemimpin serta sistim penyelenggaraan pemerintahannya yang dikenal dengan nama “GOVERMENT ONLINE” sampai ke tingkat daerah. Ini merupakan jawaban tuntas terhadap resiko birokrasi karena peran serta public akan menjadi factor penentu pembangunan.
Hal yang kurang lebih mirip akan dilakukan Figur “BB Cs” di NTT tentu dengan beberapa penyesuaian. Potensi kelautan dengan teknologi tepat guna akan dijadikan salah satu titik perhatian utama pembangunan di NTT kedepan.Laut harus menjadi “lumbung“ pangan.Eksplorasi dan eksploitasi hasil laut dengan dukungan infrastruktur yang akan di bangunan akan disinergikan dengan potensi market dalam dan luar negeri setelah kebutuhan utama rakyat terlayani dengan baik.
Saat BB (Beny Balukh)ditanya hal ini, dengan santai dan yakin BB berucap RAHASIA ADA DI LAUT.Ketika penulis lebih jauh memburu statement tersebut kembali beliau mengatakan “rahasia itu akan diaplikasikan pada saatnya ketika saya diberi kepercayaan untuk memimpin NTT”.Tidak puas dengan pernyataan itu kembali penulis melontarkan pertanyaan “janji kandidat biasanya lagu lama,apa yang baru dengan ide bapak tersebut?”.BB segera menyergap penulis dengan pernyataan “Membangun NTT tidak cukup dengan janji bahkan sumpah sekalipun,namun yang lebih mulia dari pada itu maukah kita, pemimpin,calon pemimpin dan juga rakyat siap ber- “NAZAR” untuk NTT????” ia balik bertanya. “NAZAR,itu janji terhadap Tuhan secara pribadi,bila kita ingkar janji dan sumpah maka Tuhan tidak butuh saksi untuk menghukum kita karena ingkar kita,saya siap untuk itu”, ujarnya sembari menatap penulis dengan tajam.Lebih lanjut ia mengatakan “setiap kita memiliki saham dan harus memberikan saham bagi kemajuan daerah,pemimpin memberi contoh dan tauladan”kilahnya.Lebih lanjut penulis bertanya,apa pendapat bapak mengenai korupsi/koruptor,khususnya ?.”Bung Max sendirikan telah sering kali saya dengar meneriakkan slogan anti korupsi yang sangat menggelitik kita dan saya sependapat dengan itu”.Maksudnya Tidak ada kata IMUN-AMAN-IMAN-IMAM-AMIN untuk korupsi/koruptor.Lebih lanjut BB mencoba menjelaskan slogan itu dengan interpretasinya sendiri,katanya “ IMUM itu artinya tidak ada yang akan KEBAL hukum bila nyata melakukan perbuatan korupsi,AMAN artinya :Pelaku korupsi takkan aman,pasti akan diburu hukum dunia dan hukum Tuhan,IMAN artinya : perbuatan korupsi jangan sampai membudaya sehingga itu nantinya bukan hanya dipercaya dan di yakini tapi terlebih meng-IMANInya,ini harus dicegah. IMAM artinya kegiatan korupsi ini biasanya dilakukan secara berjemaah/kelompok dan ini biasanya ada komandannya/ biang keroknya,IMAMnya merupakan target utama kita.Nah yang paling berbahaya bila semua aparat birokrasi/birokrat sudah merasa korupsi ini merupakan perbuatan yang BENAR/MEMBENARKAN alias AMIN/meng AMINkan maka kita sudah siapkan MODUS khusus untuk memberantas ini semuanya,tentu bekerjasama dan berkoordinasi dengan lembaga/ institusi terkait dengan tetap menempatkan masyarakat/publik dalam posisi yang “enjoy” sebagai pemantau dan pelapor aktif dan efektif.
Sampai dengan saat ini Tipologi korupsi di NTT memang tidak jauh beda dengan modus korupsi umumnya(di daerah lainnya di Indonesia) namun memang ada beberapa ciri khas/modus yang harus dipersiapkan terkait pencegahan dan memburu para koruptor”. Penulis lebih lanjut bertanya ,“bagaimana agar perburuan tersebut dapat tepat sasaran dan yang paling penting bisa membawa hasil ?” . “Yah,tentu kita akan memilah-milah dan harus bisa membedah-bedah masalah sesuai peta-peta korupsi yang telah sedang kita susun,koruptor kan pinter-pinter,mereka tau pintu masuk dan pintu keluar, jadi mana DOMBA mana SERIGALA,agar serigala tidak memangsa DOMBA maka penting SERIGALA BUAS tersebut di beri KANDANG / DIKANDANGKAN, dengan demikian pembangunan pasti akan berjalan sesuai dengan rencana”. Lebih lanjut BB menjelaskan bahwa sangsi adat-sosial/sikon dari masyarakat/ publik tidak kalah ampuhnya.Ini akan mempersempit ruang gerak para koruptor dari hari-kehari. “Apa bedanya penyelesaian secara ADAT?”, tanya penulis. Dengan tangkas ia kembali bertutur ,“Penyelesaian dengan cara ADAT itu maksudnya bukan dibelakang tapi di DEPAN hukum dan transparan,bila terbukti tidak bersalah yah harus dibebaskan dan segera dipulihkan nama baiknya juga nama keluarganya.Kita di NTT kah kental dengan adat,dan adat kita kan tidak kalah dan dapat berperan sebagai modal-model-modul dan modus kita membangun Flobamora“.”Adat, asasinya tidak mendidik kita untuk korupsi,kalau boros bisa yah.Ada beberapa upacara adat yang bila ditinjau dari sudut ekonomi apalagi ditengah era global yang menuntut segala sesuatu serba harus efisien, maka dugaan itu akan ada banyak benarnya, jadi jangan di balik.” ia menekankan.
Ada fakta lapangan yang telah hidup ratusan tahun yang sekarang ini masih tumbuh subur di tengah masyarakat terkait sikap boros ini,khusunya di bidang perdagangan.Sementara penulis bersiap-siap melontarkan pertanyaan berikut terkait “prilaku dagang di NTT” ,penulis mencoba mencuri pandang,dan tampak jelas walau sekilas,kalau ia menguasai masalah.
Wajahnya tidak tampak tegang,namun santai tapi tepat dan terarah. “Apa yang bapak ketahui perihal perdagangan di kampung kita,maksud saya NTT”. BB kembali dengan sigap (maklum,BB ini sosok pemimpin yg lugas/tegas, gumamku dalam hati),”Ada hal yang penting terkait perdangangan di kampung kita, bicara dagang maka “ukuran/takaran/timbangan” yang merupakan mekanisme normal biasanya di tempuh sebagaimana biasanya di daerah lain. Istilah KILO KURANG atau KILO PAS masih dikenal di kampung kita sampai hari ini.Kesepakatan antara pembeli dan penjual alias “sama-sama tau/sama-sama mau””. Lebih lanjut ia kembali menuturkan salah satu kisah nyata “
si penjual ikan akan menjual ikannya keliling kampung,tentu den
gan harga mahal,maklum masih pagi.
Namun setelah keliling kampung akhirnya kembali ketempat semula dan matahari sudah di atas ubun-ubun,ikanpun “dijual urah”. Juga ada kisah lainnya “barang dagangan “jangan coba di tawar”.Harga tidak bakalan turun
,lebih baik dagangan (misalnya ikan) dibiarkan terpanggang di
panas teriknya matahari daripada di beli murah dan si empunya barang dagangan angkat kaki, pulang ke rumah”. Sungguh daya ingat beliau ini masih tajam dan kritis (konstruktif) kataku dalam hati.Lebih lanjut ia berseloroh “Telur membawa dan ada kehidupan di dalamnya namun bila seekor sapi/kuda menjadi takaran dan tukarannya hanya karena kita enggang membahasakan “NIAT” secara langsung dan lebih memilih berbahasa lewat “simbol” adat itu tentu tidak ada salahnya ,bila saja semuanya itu didukung oleh kemauan , tekad dan kerja keras(usaha) untuk mencapai prosesi adat tersebut (sperti di Bali),dan memang itulah yang akan kita arahkan,pacu dan pelihara di masa datang”. Penaggulangan kemiskinan memang harus dijadikan sebagai kebijakan daerah sesuai amanat UU Nomor 25 tahun 2004 yang telah menetapkan sistim pembangunan nasional yang meprerioritaskan penaggulangan kemiskinan dan kesenjangan.Bagaimana membangun kesepahaman dan tekad antara pemda dengan rakyatnya bukan hal mudah,terlebih jika semuanya itu hanya sekadar niat.

Pada kesempatan lain penulis mencoba meminta pendapat sang calon wakil gubernur (Bung Jhony Abubakar) perihal kelemahan-kelemahan program pengentasan kemiskinan yang terjadi di NTT melalui selular phonenya,sang cawagub mengungkapkan kalau kelemahan-kelemahan penaganan di lapangan cukup banyak. Diantaranya Bung Jhony katakan,” Sistim,kebijakan, harus berpihak pada rakyat/pro-rakyat (selama ini jauh panggang dari api). Peran serta rakyat takkan maksimal bila pemerintah daerah tidak mampu memberikan contoh dan teladan (hidup sederhana), Program masih bersifat parsial (sepotong-sepotong),masyarakat/keluarga miskin masih sekadar objek/sasaran pelampiasan keinginan pemerintah daerah semata sedangkan disisi lainnya rakyat nyata-nyata sudah tidak berdaya .Belum adanya kesamaan tafsiran dan terjemahan hal kemiskinan di berbagai level masyarakat, pemerintah telah terbiasa dengan menggantungkan diri dari donor pemerintah pusat maupun bantuan asing (miskin kreatifitas dan inovasi)”. Wah... Bung...,tampaknya pemda selalu salah dalam hal ini ?. Bung Jhony kembali menjawab ,” dalam hal ini tidak perlu ada pihak yang merasa bersalah/dipersalahkan karena logikanya ini kan masalah kita bersama. Hanya tentu pemerintah daerah/birokrat dan wakil rakyat,parpol harus benar-benar mampu menterjemahkan hasrat dan keinginan rakyatnya,dan fakta angka berbicara.Dan kita tidak ingin dicap sebagai daerah yang MENJUAL KEMISKINAN”. Demikian pejelasan bilau dari seberang sana. ”Bisa bapak jelaskan lebih rinci dengan apa yang bapak katakan menjual kemiskinan tersebut?,” tanya penulis. Dengan nada suara yang terdengar serius pun kembali terdengar di balik phone selular sang cawagub (Bung Jhony) ,” Bagamana tidak,kalau dari tahun-ketahun,bulan-kebulan dan dari waktu-kewaktu daerah kita selalu saja didera penyakit yang sama (maksudnya kemiskinan) dan solusinya kita tahu bersama ” serentetan alasan rinci yang tampak masuk akal sembari tidak ada usaha riil di lapangan, harusnya bila secara serius program PK dilakukan maka cukup 5 tahun/1 periode jabatan gubernur, masalah ini akan tuntas dan jangan malah NETAS lagi”.Lebih jauh Bung Jhony menjelaskan, sebaiknya program MENETE kepusat/dana asing ini, harus kita akhiri sesegera mungkin dan agar kemandirian segera MENETAS di NTT. Oknum-oknum yang hidup dari TETESAN dana kemiskinan ini harus kita amankan mereka itu”. Bung Johny Abubakar selanjutnya mengungkapkan, saya menghimbau seluruh komponen di NTT,marilah kita jangan bermain sendiwara lagi,dan jangan lagi bermain2 diatas kepentingan rakyat. Ingat masa tua kita, ingat anak cucu kita,keturunan kita jangan diwarisi beban2 yang tidak kuat mereka tanggung/mikul. 95 % Rakyat NTT adalah manusia2 polos dan jujur dan sangat menghormati kebenaran.Jangan pengaruhi dan akal2an kepada rakyat dengan praktek2 terselubung demi kepentingan sesaat. Mari kita berubah,berubah,dan berubah,paling tidak meletakkan dasar2 perubahan,agar beban (miskin dan percaya diri) menjadi minimalis.Demikian himbauan bung Johny Abubakar dengan nada suara prihatin. Banyak jalan mudah yang dapat ditempuh,tergantung mau apa tidak.Masalahnya pemimpin mampu atau tidak ,jujur kepada rakyat atau tidak. Pemimipin yang benar adalah figur yang tegas/tegas, tanpa kepentingan sesaat,ngayomi,cerdas melihat dan memahi keadaan dan punya misi nilai2 terobosan.Dan kreteria Figur ini,pengamatan saya selama ini ada pada BB dan saya oprtimis ’orang benar”pun sependapat dengan saya. Saya optimis masih banyak birokrat dan elemen (Akademisi,unsur2 pemuda,tokoh2 masyarakat,dsb) lain yang bagus yg akan bahu membahu membangun NTT.

Ketika penulis hendak melontarkan pernyaan lanjutan hal kemiskinan dan sisi lainnya yang terkait dengan kemiskinan seperti penegakan hukum, tampak terdengar dari seberang sana bunyi dering telepon genggam berdering yang ternyata telepon dari Cagub BB bahwa agenda pertemuan rutin dengan Bung Jhony (cawagub) jam 02.00 WIB.Karena itu Bung Jhony minta di setting waktu lain untuk menyambung wawancara. Sebagai klosing wawancara ini beliau mengatakan bahwa beliau dang BB telah siap dengan ”Blue Print” pemberantasan kemiskinan di NTT.Dan sekali lagi sergapnya ”ini bukan wacana/rencana kosong dan kami siap bernazar Ingat tawaran bernazar ini ide BB dan Jhony Abubakar” kilahnya sembari mengakhiri wawancara. (selamat berjuang...!!!!).

Penulis
Max Umbu










,
TANGGUNG JAWAB PARPOL (Legislatif),TOKOH ADAT/MASYARAKAT,ORMAS,PEMUKA AGAMA TERHADAP PEMBANGUNAN DAERAH DALAM RANGKA PILKADA NTT(2008-2013)

Judul di atas mengundang kita untuk turut serta memberikan peran aktif dalam rangkan pembangunan daerah(NTT).PILKADA,sebagai salah satu mekanisme demokrasi bukan sekedar proses dan kebiasaan/pesta demokrasi basa-basi,tapi lebih jauh adalah suatu tujuan luhur dari kehidupan berbangsa dan bernegara terlebih di era-globalisasi yang menuntut dan menuntun kita untuk berinteraksi secara positif dengan semua sektor dan komponen penentu pembangunan demokrasi/pembangunan itu nsendiri.
Sebentar lagi NTT sebagai salah satu daerah/Propensi yang selama ini kental dengan julukan daerah/propinsi miskin,tidak luput pula mau-tidak mau,suka-tidak suka,akan menyelenggarakan pesta demokrasi yang konon akan menyerap biaya/cost sebesar 102 Milliar Rupiah. Ini angka yang tidak kecil ter;lebih bila kita kaitkan dengan situasi dan kondisi NTT saat ini.Sukses tidaknya pesta demokrasi ini,tidak akan lepas dari peran serta semua komponen daerah (para wakil rakyat di DPRD1 dan 2,DPD,Birokrat,Masyarakat dan para pemukanya dan juga takluput ormas dan pemuka agama).
Semua komponen tadi harus punya rasa tanggung jawab terhadap kondisi riil di NTT yang kita tahu bersama mel;ekat dengan tradisi "kemiskinan".Lilitan kemiskinan ini memberi dampak pada segala sektor kehidupan masyarakatnya.
Sukses tidaknya pembangunan daerah di NTT tergantung pada: Bagamana rakyatnya,bagaimana calon pemimpinnya,bagaimana interaksi positif (AKUR) antara kedua komponen tersebut.Artinya pemimpin harus benar-benar mencerminkan pilihan dan keinginan nurani rakyat itu sendiri,dan sebaliknya pembanghunan itu sendiri bergantung pula pada bagaimana rakyat mengenal,memahami dan menyelami hati,pikiran dan pola tindak laku sang pemimpin.
Peranan Parpol,tidak dapat di kesampingkan,walaupun akhir-akhir ini mendapat kecaman pedas masyarakat.Kinerja dan unjuk kerja Parpol kedepan masih akan mendapatkan ujian untuk mengapai pujian.Kajian visi dan misi partai partai memang harus terus dilakukan agar dapat menjadi instrument terpenting dalam menjaring calon pemimpin.Karena saat ini fungsi penjaringan ini telah nyata dan akan semakin nyata mulai bergeser pada lembaga-lembaga tertentu (lembaga POOLING).Partai besar sekalipun seakan dan memang telah kehilangan tajinya dalam urusan ini.
Hal lain "jebakan-jebakan" prosedural internal partai berpotensi besar mengkandaskan calon potensial. Polotik gizi,cost politik,pintu masuk (tanpa pintu keluar), tabur/ tebar pesona, dan masih banyak instilah lainnya yg digunakan dalam pesta demoktrasi.Sesungguhnya yang dicari untuk perbaikan NTT, adalah sosok atau figur yang potensial yg secara real harus atau belum masuk dalam dalam virus2 tsb di atas. Kata pendek, FIGUR BERSIH harus di cari/diburu , bukan figur yg mencari Parpol, Tanggung jawab tsb semua element tersebut dipertaruhkan ke publik NTT.Lihat hasil real di NTT, ada busung lapar, masuk dalam salah satu propinsi termiskin (pemimpin NTT selama ini cendrung menghindar kenyataan ini dan sekalu belokan hal ini seolah tidak terjadi apa2).Inilah kenyataan yg dihadapi rakyat NTT. Historical telah membuktikan apa yg di hasilkan pemimpin NTT selama ini? Tapi rasa malu, pembohongan publik terus diplokmairkan dengan serentetan statement di media maupun dalam tatap muka.Rasa tanggungjawab, seolah tidak mau tau apa yg terjadi sesungguhnya.Lihat PAD, dana-dana yg "tertidur" disejumlah bank plat merah, yg tidak digunakan. Padahal dana yg harus dimplemnetasikan untuk kepentingan publik (miskin). Lalu pertanyaannya uang itu kenapa tidak digunakan? sungguh menyedihkan, pemimpin melakukan pameran pembohongan terhadap rakyatnya sendiri.
Berhenntilah dengan pola2 lama, siapa yg terkenal,punya uang banyak, kepentingan2 tertentu, dialah yg dicari untuk menjadi pemimpin, tanpa melihat latar belakangan, kemampuan indididu, status hukum, kebrhasilan selama memimpin. Anehnya lagi yg sudah gagal, masih mau mejadi pemimpin di NTT. Apakah yg dicari adalah kekuasaan, materi, prestise atau kepentingan pribadi dan negatif lainnya??
Pemimpin harus kedepankan pengabdian, bersih hati,bersih diri, bersih lingkungan, tanpa harus membodohi rakyat NTT yang sudah sengsara.
KAMUS JOKE POLITIK :
OLEH: MAX UMBU
1. Tiada lagi BIBIT,BOBOT,BEBET yang ada hanya BABAT Mannnnnnn.......!!!!!!!
2.Dimana bumi di pijak disitu langit di junjung sudah " menjadi" dimana bumi di pijak disini langit di JINJING (berat lhooooooo.....????!!)
3Politikus belajar KUR,pemimpin belajar AKUR,rakyat pun CARE (KERE?????)
4.bersambung.......